Sunday, June 14, 2009

EVALUASI PENDIDIKAN MATEMATIKA


  • DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN
    • PENGERTIAN PENGUKURAN, KENILAIAN dan EVALUASI
      • Mengukur adalah membandfingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
      • Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
      • Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai.

       
    • PENILAIAN PENDIDIKAN
      Menurut Ralph Tyler (1950)
      Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagian mana yang belum dan apa sebabnya.

       
      Menurut Cronbach dan Stufflebean
      Tambahan definisi di atas adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

       

       
Bentuk Diagram Proses Penilaian di Sekolah

 
INPUT TRANSFORMASI OUTPUT

 

 

 

UMPAN BALIK

 

 

 

 
  • INPUT
    Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam dunia sekolah, yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calin siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki satu tingkat sekolah (institusi), calon siswa itu dinilai dulu kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.

     
  • OUTPUT
    Yang dimaksud sebagai output atau keluaran adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak perlu diadakan kegiatan penilaian sebagai alat penyaring kualitas.    

     
  • TRANSFORMASI
    Yang dimaksud dengan transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari bebrapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sekolah sebagai transformasi. Bahan jadi yang diharapkan, dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada.

     
    Unsur-unsur yang berfungsi sebagai faktor penentu dalam kegiatan sekolah tersebut antara lain:
  1. Siswa sendiri
  2. Guru dan personal lainnya
  3. Bahan pelajaran
  4. Metode mengajar dan sistem evaluasi.
  5. Sarana penunjang.
  6. Sistem administrasi.

 
  • UMPAN BALIK (Feedback)
    Yang dimaksud sebagai umpan balik atau balikan adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau belum memenuhi harapan akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan.
    Penyebab-penyebab tersebut anatara lain:
  1. Input yang kurang baik kualitasnya.
  2. Guru dan personal yang kurang tepat.
  3. Materi yang kurang atau tidak cocok.
  4. Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai.
  5. Kurangnya sarana penunjang.
  6. Sistem administrasi yang kurang tepat.

 
Oleh karena itu penilaian di sekolah meliputi banyak segi. Yang secara garis besar dilihat dari calon siswa, lulusan dan proses pendidian secara menyeluruh.

 
  • MENGAPA MENILAI
    Dalam suatu pendidikan khususnya di sekolah, penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
  1. Makna bagi siswa.
    Dengan diadakan penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada dua macam, yaitu memuaskanan tidak memuaskan.

     
  2. Makna bagi guru
    1. dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebuh memusatkan perhatiannya kepada siswa yang belum berhasil. Apalagi jika guru tahu akan sebab-sebanya, ia akan memberikan perhatianyang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.
    2. guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
    3. guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh nilai kurang pada penilaian yang diadakan mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.

     
  3. Makna bagi sekolah.
    1. apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar isiwa-siswanya dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.
    2. informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahn pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
    3. informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah bahwa yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa.

 

 

 
Secara rinci dan sesuai dengan urutan kejadiannya, dalam proses transformasi ini penilaian dibedakan atas tiga jenis, yakni:
  1. sebelum kegiatan pengajaran.
  2. Selama kegiatan pengajaran.
  3. Sesudah kegiatan pengajaran.

 
  • TUJUAN dan FUNGSI PENILAIAN
  1. penilaian berfungsi selektif.
    Dengan cara mengadakan penilaian, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswnya. Pewnilaian sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
    1. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
    2. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya.
    3. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
    4. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.

     
  2. Penilaian berfungsi diagnostik.
    Apabila alat yang digunakanb dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu, diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan ini, maka akan lebih mudah untuk mencari cara mengatasinya.

     
  3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan.
    Sistem baru yang kini banyak digunakan di negara barat adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun bentuk peket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat masing-masing, sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Namun, disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah, pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

     
  4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
    Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program barhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelumnya, keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, saran dan sistem administrasi.

     
  • CIRI-CIRI PENILAIAN DALAM PEDIDIKAN.
  1. Ciri pertama
    Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan sosl-soal.
    Tanda-tanda anak yang pandai atau inteligen menurut Carl Whiterington. Anak yang inteligen adalah anak yang:
    1. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.
    2. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik. (keampuan verbal).
    3. Kemampuan untukmenangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan orang lain).
    4. Kemampuan untuk mengingat.
    5. kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan).
    6. kemampuan berfantasi dan berimaginasi.

     
    Menurut David Lazear ada tujuh indikator atau aspek yang dapat dikategorikan sebagai petunjuk tentang tinggi-rendahnya intelegensi seseorang, yaitu:
    1. kemampuan verbal.
    2. kemampuan mengamati dan rasa ruang.
    3. kemampuan gerak kinetis-fisik.
    4. kemampuan logika atau matematika.
    5. kemampuan dalam hubungan intra-persinal.
    6. kemampuan dalam hubungan inter-personal.
    7. kemampuan dalam musik atau irama.

     
  2. Ciri kedua
    Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif, artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu di interprestasikan ke bentuk kualitatif.
    Contoh:
    Dari hasil ulangan, Yanto memperoleh nilai 80, edangkan Anto mendapat nilai 75. maka dengan demikian dapat disimpulkan Yanto lebih pandai dari Anto.

     
  3. Ciri ketiga
    Penilaian pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, karena IQ 105 termask anak normal.
    Anak lain yang hasil pengukuran Iqnya 80, menurut unit ukurannya termasuk anak dungu.

     
  4. Ciri keempat.
    Penilaian pendidikan bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. (disebabkan karena beberapa faktor).

     

     

     
  5. Ciri kelima.
    Penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan. Sumber kesalahan dapat ditinjau dari bebeprapa faktor, yaitu:
  • terletak pada alat ukurnya.
  • terletak pada orang yang melakukan penilaian.
    • Subjektitif penilai telah berpengaruh pada hasil pengukuran.
    • Kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilai secara "murah" atau "mahal".
    • Adanya hallo-effect (adanya kesan penilai terhadapo siswa).
    • Adanya poengaruh hasil yang diperoleh dahulu.
    • Kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah angka-angka hasil penilaian.

 
  • Terletak pada anak yang dinilai.
  • Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung.

 

 
  • SUBYEK DAN SASARAN EVALUASI
    • SUBYEK EVALUASI.
      Subyek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka sebagaisubyek evaluasi adalah guru.

       
    • SASARAN EVALUASI
      Unsur-unsur sasaran penilaian :
      • input.
      • transformasi.
      • output.

       

       

       

       
  • PRINSIP DAN ALAT EVALUASI.
    • PRINSIP EVALUASI
      Prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat antara:
  1. tujuan pembelajaran.
  2. Kegiatan pembelajaran (KBM).
  3. Evaluasi.

 
                     TUJUAN

 

 
KBM                EVALUASI

 
  • ALAT EVALUASI
    Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut, evaluator menggubakan cara-cara atau teknik-teknik. Oleh karena itu dikenal dengan teknik evaluasi.
    Ada dua macam teknik evaluasi, yaitu:
    • teknik non-test.
      Yang tergolong teknik non-test adalah :
  1. skala bertingkat (rating scale)
    skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.
    Sebagai satu contoh adalah skor yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8 deigambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran skor 5.

     

     
    5 6 7 8

     

     
    Biasanya angka-angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.

     
    Contoh:
    Kecenderungan seseorang terhadap mata pelajaran matematika.

     
    1 2 3 4 5
    sangat tidak biasa suka sangat suka
    tidak suka suka

     
  2. Kuesioner (questioner)
    Kuesioner adalah sebuah daftar pernyataan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat mengetahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapatnya, dan lain-lain.
    Macam kuesioner dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
  • Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada :
    • kuesioner langsung.
    Kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung
    oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang
    dirinya.
    • Kuesioner tidak langsung.
    Kuesioner yang dikirmkan dan diisi oleh orang yang bukan untuk diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.

     

     
  • Ditinjau dari segi cara menjawab
    • kuesioner tertutup
    kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawab lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
    • kuesioner terbuka
    kuesioner yang disusun sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
    • Daftar cocok (check list)
    Deretan pertanyaan (yang biasanya singkat-singkat), dimina responden yang dievaluasi tinggal membutuhkan tanda cocok (C) di tempat yang sudah disediakan.
    • wawancara
    suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapat jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak (responden tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sama sekali.
    Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu interview bebas dan interview terpimpin.
    • Pengamatan (observation)
    Suatu tiknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
    Macam-macam observasi :
    • observasi partisipan
    • observasi sistematis
    • observasi eksperimental
    • Riwayat hidup
    Gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.
  • Teknik Tes
    Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
    Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes :
    1. Tes diagnostik
    Seorang guru yang baik, tentu akan merasa berbahagia apabila dapat membantu siswanya memperoleh kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
    Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dapat memperlakukan dengan tepat sesuai dengan kelemah siswa tersebut.

     
    2. Tes formatif
    Tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.
    pre test         program        post-test
    tes awal                    tes akhir

     
    Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.
    Manfaat bagi siswa :
    • Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
    • Merupakan penguatan bagi siswa
    • Usaha perbaikan
    • Sebagai diagnosis
    Manfaat bagi guru :
    • Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan dapat diterima oleh siswa.
    • Mengetahui bagian-bagian bahan pelajaran yang mana yang belum menjadi milik siswa.
    • Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
    Manfaat bagi program :
    • Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat (sesuai dengan kecakapan anak).
    • Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan persyaratan yang belum diperhitungkan.
    • Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
    • Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

 
  • Tes Sumatif
    Tes ini dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
    Contoh : ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester.
    Manfaat tes sumatif :
  1. untuk menentukan nilai
  2. untuk menentukan kemampuan seorang siswa dalam mengekuti kelompok.
  3. Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orang tua siswa, pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah, dan pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain atau akan bekerja.

 
  • Tes formatif dan tes sumatif dalam kenyataan
    Dalam pelaksanannya, tes sumatif di sekolah-sekolah, ada yang disamakan antara satu daerah atau wilayah administratif dan dikenal sebagai THB (Tes Hasil Belajar), TPB (Tes Prestasi Belajar), dsb.
    Kebaikan THB bersama yaitu :
  1. pihak atasan atau pengelola sekolah-sekolah (IPDA, Dinas P dan K atau kanmil P dan K) dapat membandingkan kemajuan sekolah-sekolah yang ada diwilayahnya.
  2. Karena dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lain, maka akan timbul persaingan sehat antsr sesamanya.
  3. Standar pelajaran akan terpelihara dengan sebaik-baiknya karena soal-soal tes yang diberikan disusun oleh dinas P dan K atau kanwil P dan K.
Keburukan THB bersama yaitu :
  1. Ada kemungkinan akan terjadi pemberian pelajaran-pelajaran yang hanya berorientasi pada "ujian" dengan cara memberikan latihan mengerjakan soal yang sebanyak-banyaknya.
  2. Tidak menghiraukan jika terjadi beberapa bentuk kecurangan karena ada sekolah yang ingin mendapat nama baik.

 

 

 
  • MASALAH TES
  1. Pengertian
  • Tes
    adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana tertentu dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misal : melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkian, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dsb.
  • Testing
    merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan, dapat juga dikatakan saat pengambilan tes.

     

     
  • Testee
    (dalam istilah Indonesia : tercoba) adala responden yang sedang mengerjakan tes.
    Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik mengenal kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dsb.
  • Tester
    (dalam istilah Indonesia : pencoba) adlah orang yang melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi ada kalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subyek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya)

 
  1. Persyaratan tes
Persyaratan tes didasarkan atas dua hal :
  1. menyangkut mutu tes
  2. menyagkut pengadministrasian dalam pelaksanaan
Walaupun dalam melaksanakan tes sudah dilaksanakan mengikuti aturan tentang suasana, cara dan prosedur yang telah ditentukan. Namun tes itu memiliki kelemahan-kelemahan (Gilbert Sax 1980,31-42) :
  1. Ada kalanya tes (secara psikologi terpaksa) menyinggung pribadi seseorang.
  2. Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni.
  3. Tes mengategorikan siswa secara tetap.
  4. Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
  5. Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.

 
  1. Ciri-ciri tes yang baik
    Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki :
  • Validitas
    Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Istilah "valid" sangat sukar dicari gantinya. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan yaitu salih, sehingga valid terganti menjadi kesalihan. Walaupun istilah "tepat" belum dapat mencakup semua arti yang tersirat dalam kata "valid" dan kata "tepat" kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata "tepat" dalam menerangkan kata "valid" dapat menjelaskan apa yang dimaksud.
    Contoh:
    Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui:
  1. Kehadiran
  2. terpusatnya perhatian pada pelajaran
  3. ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.
Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan bukan menggambarkan partisipasi tetapi menggambarkan prestasi belajar. Ada beberapa macam validitas yaitu validitas logis, validitas ramalan, dan validitas kesejajaran.

 
  • Reliabilitas
    Suatu tes dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali(dapat dipercaya).
    Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.
    Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baik, akan tetapi karena kenaikannya dialami oleh semua siswa maka tes yang digunakan dapat dikatakan memilki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan hasil tes kedua barangkali disebabkan oleh adanya "pengalaman" yang diperoleh pada waktu mengerjakan tes pertama.

     
  • Objektivitas
    Sebuah tes dikatan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktorsubjektivitas yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoring.
    Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas sebuah tes, yaitu:
  1. Bentuk tes
    Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Dengan demikian hasil tes seorang siswa dapat berbeda apabila dinilai oleh dua penilai. Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif di berbagai bidang. Untuk menghindari masuknya unsur subjektifitas dari penilai maka sisitem skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengna membuat pedoman skoring terlebih dahulu.

     
  2. Penilai
    Subjektifitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang memepengaruhi subjektifitas antara lain, kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penjelasan, dsb.
    Untuk menghindari masuknya unsur subjektifitas dari penilai maka penilaian harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah administrasi, yaitu kontinuitas dan komprehensifitas:
    1. evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Tes yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua kali tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan seorang siswa. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya. Kalau misalnya ada seorang anak yng sebetulnya pandai tetapi pada waktu guru mengadakan tes dia sedang dalam kondisi yang jelek karena semalaman merawat ibunjya yang sedang sakit maka, ada kemungkinan nilai tesnya jelek pula.
    2. Evaluasi harus dilakukan secara komperehensif (menyeluruh). Yang dimaksud dengan evaluasi yang komprehensif adalah atas berbagi segi peninjauan:
  • mencakup keseluruhan materi
  • mencakup berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman, aplikasi, dsb.)
  • melalui berbagai cara, yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan, pengamatan insidental, dsb.

 
  • Praktikabilitas.
    Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:
    • mudah dilaksanakan, misalnya: tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
    • mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoring.
    • diberikanb atau dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain.

       
  • Ekonomis.
    Yang dimaksud dengan ekonomis disini bahwa pelaksanaan tes tersebut idak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga banyak, dan waktu yang lama.

     

     

     





  1.  

     

     

0 komentar:

Post a Comment

 
;